CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Mau iklan mu Tersebar Seperti Virus?

AgLoCoMaiLs

aglocomails.com Homepages-Friends

Senin, 20 April 2009

ANEMIA (Part.3) - Anemia Bukan Darah Rendah

Lebih separuh anak sekolah kita baru-baru ini diberitakan kekurangan darah. Belum terungkap berapa banyak orang dewasa. Namun, melihat penampilan rata-rata pekerja kita, tampaknya bukan tak mungkin sama kekurangan darah juga. Apa kiat-kiat menambah darah, kita bicarakan di bawah ini.


* Kurang darah bukan darah rendah. Anggapan darah rendah sama dengan kurang darah masih muncul dari mulut pasien sampai hari. Mereka yang darah rendah belum tentu kurang darah. Sebaliknya, mereka yang kurang darah bisa jadi tekanan darahnya normal. Bukan tak mungkin yang darah rendah sekaligus juga kurang darah. Bukan mustahil yang kurang darah ternyata mengidap darah tinggi. Berapa patokan orang yang disebut kurang darah? Kurang darah atau anemia satuannya hemoglobin (Hb). Pada mereka yang mengidap kurang darah, kadar Hb-nya berada di bawah normal. Normal Hb sekitar 12 g%. Jika nilai Hb seseorang di bawah itu, ia dinyatakan anemia. Mereka yang kadar Hb-nya kurang dari 12 g% bisa saja tensinya normal 120/80 mmHg, atau mungkin bisa juga lebih rendah dari itu, atau siapa tahu, bisa juga lebih tinggi. Sudah disebut kasus anemia, tetapi mengidap hipertensi, bukan hal yang aneh.

* Penyebab anemia lebih dari satu. Membaca hasil laboratorium Hb di bawah normal, belum tentu dokter langsung bisa menetapkan apa jenis obatnya karena penyebab anemia bukan cuma satu. Untuk melacak apa jenis anemianya, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium ''darah besar''. Dari situ akan tampak berapa jumlah sel darah merah (erythrocyt), berapa ukuran dan jenis sel darah merahnya, dan adakah sel darah merah abnormal. Dengan mengamati pemeriksaan ''darah besar'', dokter baru dapat mendiagnosis anemianya. Terapi kasus anemia baru akan berhasil tuntas apabila penyebab anemianya sudah terlacak. Hanya menambah darah saja (dengan obat atau transfusi darah) tanpa menganalisis apa penyebabnya, anemia yang sudah dikoreksi, akan kembali anjlok lagi bila penyebabnya belum diatasi. Penyakit cacing, misalnya, merupakan salah satu penyebab anemia kurang zat besi (anemia defisiensi besi). Hanya memberi pil zat besi saja tanpa membasmi cacingnya, anemianya untuk sementara mungkin bisa saja pulih. Namun, selama cacingnya tetap diternak di perut, kondisi anemianya akan kembali kambuh lagi.

* Terapinya dengan suplemen yang tubuh menderita kekurangan, atau dengan transfusi darah. Semua kasus anemia kekurangan zat gizi, perlu suplemen gizi. Tergantung apa zat gizi yang kurang dalam tubuh, zat gizi itu suplemen yang perlu ditambahkan. Selain kekurangan zat gizi (zat besi, protein, asam folat, vitamin B12), anemia juga bisa disebabkan oleh bukan kekurangan zat gizi, seperti bila terserang kanker darah (leukemia), penyakit menahun, dan beberapa kondisi penyakit lainnya. Namun, tidak begitu halnya dengan anemia yang bukan disebabkan oleh kekurangan zat gizi. Perdarahan yang banyak dalam waktu singkat (masif), seperti kasus cedera kecelakaan, perdarahan rahim, aborsi, perdarahan organ dalaman (termasuk kasus demam berdarah syok), jenis kasus yang tak dapat diatasi hanya dengan diberi obat. Kasus demikian memerlukan transfusi darah karena yang berkurang volume darahnya (hypovolemia). Sirkulasi darah yang berkurang volume darahnya secara dadakan perlu segera dikoreksi agar tidak jatuh ke dalam syok. Untuk itulah transfusi pilihannya. Setelah gangguan sirkulasi darah teratasi, baru dikoreksi apa penyebab kehilangan volume darahnya. Komplikasi tifus bisa terjadi kebocoran usus, sehingga muncul gawat darurat perut.

* Tak cukup makan hati goreng atau mengonsumsi dadih. Ya, anemia di negara sedang berkembang seperti di kita, kebanyakan memang disebabkan oleh kekurangan zat besi. Itu sebab di masyarakat tumbuh anggapan yang tidak selalu benar, bahwa bila kurang darah perlu lebih sering makan hati goreng atau dadih ayam. Seperti sudah disebut, anemia bukan melulu kekurangan zat besi, melainkan bisa juga disebabkan oleh kekurangan zat gizi lain, seperti protein, asam folat, atau vitamin B12. Sudah disebut pula kalau dari pemeriksaan laboratorium ''darah besar'' akan terbaca apa jenis anemianya, dan sekaligus apa pula penyebabnya. Anemia kekurangan asam folat dan kekurangan vitamin B12 secara spesifik akan terlihat dari sifat sel darah merahnya. Bentuk sel darah merahnya bersifat khas. Pada kasus demikian, dengan suplemen asam folat dan vitamin B12, anemia jenis ini akan terkoreksi. Tidak semudah itu menanggulangi kasus anemia kekurangan zat besi. Memang anemia defisiensi zat besi dapat terlihat dari sifat dan bentuk sel darah merahnya. Namun, penyebab anemia kekurangan zat besi lebih dari satu. Mungkin disebabkan cacing perut. Kita tahu, cacing perut sendiri pada manusia paling sering jenis cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang, cacing cambuk, dan beberapa jenis cacing lainnya. Perlu memeriksa tinja pasien di laboratorium terlebih dulu untuk melihat apa jenis cacing penyebabnya. Tanpa membasmi cacing penyebabnya, setelah anemianya dikoreksi, masih ada kemungkinan anemianya bisa kambuh lagi bila cacing penyebabnya belum dibasmi.

* Waspada bila mengidap wasir. Kekurangan darah untuk waktu lama juga bisa disebabkan kalau kita memelihara penyakit wasir. Wasir yang sering berdarah, kendati hanya sedikit-sedikit, bisa berujung anemia juga. Jenis anemianya, biasanya jenis anemia kekurangan zat besi. Agar anemia tidak berkepanjangan, selain anemianya segera dikoreksi, wasirnya pun harus disembuhkan pula.

* Kalau menstruasi lebih dari normal. Ada wanita yang volume menstruasinya lebih dari normal (metrorhagia). Volume darah bulanannya terbuang melebihi normal. Kalau normalnya paling banyak 200 ml saja sepanjang satu siklus haid, pada yang berlebihan jauh di atas volume itu. Risiko menjadi anemia pada kasus demikian umumnya lebih besar.Itu berarti untuk kasus-kasus semacam itu perlu lebih banyak asupan sumber makanan yang kaya akan zat besi (ati ayam, bit, bayam), selain melakukan koreksi terhadap haid yang berlebihan. Termasuk bila kanker leher rahim yang sudah berdarah penyebab anemianya.

* Jangan lupa bila keranjingan minum obat sembarangan. Ada jenis obat-obat tertentu yang bersifat ''makan darah'', khususnya obat encok, atau obat tradisional (jamu) yang belum jelas efek samping atau efek racunnya.Mereka yang suka berobat ke sinse, atau kepada penyembuh tradisional, sering menjadi korban keracunan obat. Beberapa jenis obat tradisional di Jepang dan di Korea Selatan ditarik dari peredaran, lantaran sifat racunnya, selain merusak darah.
* Mereka yang mengidap gagal ginjal juga cenderung menjadi anemia. Fungsi ginjal yang melemah sehingga menjadi payah ginjal hampir selalu mengalami kondisi anemia juga. Anemia di sini umumnya sukar dikoreksi, karena ginjal merupakan organ yang berperan dalam proses haematopoesis juga, atau organ pembentuk sel darah.

* Pasien dengan kelainan darah. Ada beberapa jenis kelainan darah, seperti talasemia, tergolong pasien yang terancam anemia juga. Pada kasus demikian sel darah merahnya abnormal, sehingga lekas pecah dan rusak. Transfusi perlu dilakukan secara berkala, selain harus menanggung risiko memikul kelebihan zat besi dalam tubuh akibat timbunan zat besi oleh penghancuran sel darah merah yang berlebihan.Akibat sel darah merah bersifat abnormal, maka lebih mudah rusak dan pecah, sehingga zat besi yang dikandungnya membanjir dalam darah (hemosiderosis). Keadaan begini tak menyehatkan tubuh. Kelebihan ini perlu secara berkala dinetralisasi.

* Pasien pengidap penyakit menahun. Khususnya kasus TBC, umumnya terancam anemia juga. Maka selain mengobati TBC-nya, perlu melakukan koreksi terhadap anemianya jika sudah terjadi. Demikian pula halnya dengan kasus batu ginjal yang sudah sering kencing darah, atau pada mereka yang mengidap infeksi usus menahun (amoeba atau basiler disentri), kanker usus, dan penyakit kanker umumnya.Pasien TBC paru-paru yang sudah sering batuk darah, juga terancam anemia, selain bila TBC-nya tumbuh di saluran pencernaan, yang disertai perdarahan usus. Banyak ibu hamil di Indonesia yang mengidap anemia, akibat asupan nurisi hariannya relatif berkurang selama kehamilan. Pengaruh anemia sangat luas terhadap kesehatan. Selain kinerja harian menurun, banyak akibat buruk yang ditimbulkan oleh kondisi anemia. Anemia sendiri bukanlah penyakit, melainkan gejala dari suatu penyakit yang mendasarinya. Kehamilan dengan anemia, berisiko terjadi perdarahan pasca persalinan, selain anak lahir dengan berat badan rendah. Anak dengan anemia, rendah daya tangkap dan penyerapan pelajarannya. Pengidap anemia cenderung lekas letih, lesu, lelah, dan gampang tertidur. Terapi anemia bukan dengan obat kuat sebagaimana dikira orang, melainkan sesuai dengan apa jenis anemianya, dan apa penyebab anemianya. Iklan obat yang menjanjikan tambah darah belum tentu sesungguhnya benar menyembuhkan anemia. Obat-obat golongan tonikum, hanya memberikan sensasi segar belaka bagi mereka yang mengeluh lemah-letih-lesu. Bila pun benar ada zat besi di dalam sebuah tonikum, belum tentu menyembuhkan kasus kurang darah yang bukan disebabkan oleh kekurangan zat besi. Obat-obat tambah darah yang sejati itu sesungguhnya hanya berasal dari menu harian yang bergizi (protein, vitamin-mineral-elemen), bukan minuman penyegar (smart drink) semacam yang banyak diiklankan itu. Barang tentu tidak serta-merta semua kasus kurang darah anemia akan tokcer bila diberikan obat penambah darah dari warung yang umumnya hanya berisi zat besi (sulfas ferosus). Hanya kasus anemia kekurangan zat besi yang bisa mempan diatasi obat penambah darah warung, tetapi tentu tidak untuk kasus anemia kurang darah jenis lainnya. Jenis kurang darah tanggung bulan, misalnya.

(Sumber: GHS; Wartawan: Dr. Handrawan Nadesul)

www.dkk-bpp.com

0 komentar: